Monday 4 July 2016

NOVEL "Mimpi Dalam Kendali" : PART IV

Sesampainya di rumah, aku dibuat terkejut, melihat Kettin terbaring tak berdaya. Kettin adalah kucingku, ia adalah temanku di rumah. Ia kucing jenis Persia, memiliki tubuh yang bulat menggemaskan, ia sangat imut dengan hidungnya yang pesek dan bulunya yang tebal dan panjang. Biasanya, saat suara pintu rumahku mulai terbuka ia langsung menghampiri pintu seakan akan menyambutku. Namun, hari ini berbeda, ia NamPak sangat lesu dan hanya diam saja. Aku panik, aku yakin Kettin sakit. Saat itu juga, aku langsung menelepon ibu dan memberitahu keadaan Kettin.
“Halo, Assalamualaiku, Bu,”
“Kenapa Orlin? Kok panik gitu nadanya?”Ucap ibu.
“Bu, Kettin kenapa ya lesu banget dia, aku takut deh dia kenapa-kenapa,”sautku panik.
“Bawa ke dokter aja, siapa tahu dia sakit,”ucap ibu menenangkanku.
“Kemana? Dokter hewan yang dimana?”Ucapku dengan nada yang memaksa.
“Itu, teman ayahmu saja, Kontaknya ada di buku telepon, namanya Fernan dokter hewan. Alamatnya ada disana, telepon saja dulu buat mastiin dia dirumah atau nggak,”
“Yaudah, makasih ya bu,”
“Iya, nanti ibu pulang telat, banyak pekerjaan. Kalau mau makan di panasin dulu lauk yang di meja makan”
“Iya, assalamualaikum,”ucapku mengakhiri telepon.
Setelah itu, aku langsung lari menuju ruang tamu dan mengambil buku telepon, ku cari nama Fernan. Akhirnya aku menemukan alamat dan nomor telepon dokter Fernan. Sangat mudah menemukannya ternyata, langsung saja ku hubungi nomor teleponnya.
“Halo, selamat sore?”
“Iya, selamat sore, apa benar ini dokter Fernan?”
“Iya, benar. Maaf siapa ya?”
“Saya, anaknya Pak Ronto, Orlin,”Jelasku.
“Pak Ro….ronto?”Ucapnya.
“Iya dok saya mau Tanya, apa klinik dokter buka hari ini? Kucing saya sakit dok, sejak tadi dia terlihat lesu tidak seperti biasanya”.
“Ya, klinik masih buka. Datang saja dan beritahu keluhan pada asisten saya, ia akan memberikan tindakan terhadap kucing kamu,”ucap dokter Fernan.
“Terima kasih, Pak. Selamat sore,”ucapku.
Sepertinya dokter Fernan sedang sibuk, dia seperti buru-buru berbicara denganku. Seakan-akan aku penagih hutang yang sedang menagih uang kepadanya,”ucapku dalam hati.
Namun, hal itu tak aku hiraukan lagi. Langsung saja aku bawa Kettin ke klinik dokter Fernan.
Sesampainya di klinik
“Mba, kucing saya sakit. Saya ingin memeriksanya,”ucapku pada resepsionis.
“Daftar dulu mba, tunggu giliran ya. Dikit lagi selesai kok pasien yang di dalem,”ucapnya seraya menunjuk ke ruang periksa.
“Iya, mba,”jawabku.
Tak lama kemudian, Kettin bergerak gelisah, mengeong seperti orang kesakitan. Setelah itu, ia muntah dan aku pun panic setengah mati. Namun, saat sedang panik, ada perempuan yang datang menghampiriku. Gadis berambut hitam panjang, berlesung pipit dan memiliki senyum yang manis, dengan tinggi yang sama denganku. Ia menghampiriku dengan maksud ingin membantuku.
“Tenang, mba. Sini kucingnya biar saya yang urus,”ucapnya lembut
“Emang kamu siapa? Kamu dokternya?”Ucapku heran.
“Bukan, aku Alesha, anak dari dokter Fernan. Aku biasa menangani hal ini, aku mengerti bagaimana memberikan pertolongan pertama untuk kejadian seperti ini. Kalau sudah di kasih pertolongan pertama, nanti langsung aku bawa masuk ke ruang periksa, biar di periksa sama dokter di dalam,”ucapnya meyakinkanku.
“Beneran nih ya? Siapa tadi namanu? Alesya ya? Hmmm beneran kamu ngerti Alesya?”Ucapku yang masih ingin diyakinkan.
“Iya, mba tenang aja. Aku Alesha Pake H bukan Y mba hehe,”ucapnya seraya tersenyum kepadaku dan menyodorkan tangannya untuk meminta Kettin dari tanganku.
“Ya, baiklah, Alesha. Aku Orlin, panggil aja Olin. Aku percayain Kettin ke kamu ya, tolong sembuhin dia ya,”ucapku sambil memberikan Kettin kepadanya.
“Iya, mba,”
Setelah itu, aku menunggu di ruang tunggu, Alesha sudah memberikan pertolongan pertama pada Kettin. Tak lama kemudian, ia membawa Kettin ke dalam ruang periksa, lalu ia pun memanggiku.
“Sini, Mba. Masuk aja, Kettin ada di dalam, konsultasi aja sama dokternya. Gimana gerak-gerik Kettin sebelum ini,”ucapnya dengan tersenyum kepadaku.
“Oh, iya iya makasih ya Alesha,”ucapku sambil membalas senyumannya.
Saat masuk ke ruangan pemeriksaan
“Dok, gimana Kettin? Dia kenapa?”
“Dia ga kenapa-kenapa, cuma sakit karena makanan. Dia kayanya kurang di kontrol makannya,”ucap dokter sambil mengelus Kettin.
“ya, dok, belakangan ini aku sibuk ngerjain tugas, sampe ga kontrol dia,”ucapku.
“Yaudah, ini saya kasih vitamin ya, campurkan di makanannya nanti”
“Ya sudah, makasih ya dok”
Pemeriksaan pun selesai, aku ingin mengucapkan terima kasih lagi kepada Alesha karena telah membantuku. Aku menanyakan keberadaannya kepada satpam di depan pintu, ia pasti tau keberadaan Alesha.
“Pak”
“Iya, ada yang bisa saya bantu?”
“Pak, saya mau tanya, dimana yaa sekarang mba Alesha, yang anaknya dokter Fernan itu loh. Saya mau mengucapkan terima kasih sama dia udah bantuin kucing saya tadi”
“Oh, disana mba. Masuk aja ke pintu di belakang, disitu ada tempat penampungan hewan peliharaan rumah, nah masuk aja. Mba Alesha pasti disitu”
“Oh ya makasih ya Pak”
Aku menuju kea rah belakang klinik dan ternyata ada tempat penampungan hewan peliharaan rumah disitu, aku langsung masuk dan menanyakan kepada penjaga tempat penampungan hewan itu.
“Maaf mba, mas, apa ada mba Alesha disini?”Ucapku.
“oh, itu, tuh mba Alesha,”ucapnya seraya menunjuk ke arah Alesha.
Aku melihat Alesha sedang duduk memerhatikan binatang-binatang di depannya. Lalu, aku hampiri dirinya untuk berterima kasih.
“Alesha?”SaPaku sambil mencolek bahunya.
“Iya, eh Orlin. Gimana? Kettin udah sembuh?”Ujarnya sambil berdiri dan memberi senyum kepadaku.
“Iya, udah dikasih vitamin sama obat kok tadi. Makasih ya, udah bantuin aku tadi,”ujarku seraya membalas senyumnya.
“Iya, sama-sama emang banyak yang mengalami hal kaya kamu tadi, jadi aku udah ga kaget hehe,”ucapnya santai seraya melihat ke arah Kettin.
“hmm ini binatang-binatangnya dijual Les?”Ujarku sambil menunjuk ke arah kandang binatang yang tadi sedang dipandangi oleh Alesha
“Ngga, kalo ada yang mau ambil ya ambil aja, asal di urus dengan baik dan ga dibiarin gitu aja,”ujarnya sambil menatap binatang-binatang itu.
“hmm gitu, syaratnya apa aja kalo mau adopsi les?”Ujarku antusias mendengar hal itu.
“ya, kamu cukup ambil, tanda tangan pernyataan. Udah gitu aja,”ujarnya sambil menjelaskan padaku.
“Oh gitu ajaaa. Kebetulan aku akhir-khir ini lagi pengen beli kucing lagi, tapi setelah ngeliat ini kayanya aku tertarik deh buat ambil salah satu dari kucing disini”
“Boleh banget, Lin. Boleh. Di sini kucingnya sehat-sehat semua kok,”ujarnya meyakinkan.
“Iya, tapi aku harus izin ke mamahku dulu,”ujarku sambil mengelus salah satu kucing yang tiba-tiba saja menghampiri aku dan Alesha.
“Ini namanya Koko, dia kucing aku, Lin. Haha Tadi kenapa? Kamu minat mau adopsi? Oh yaudah kalo gitu, kamu boleh hubungin kau kalo emang kamu udah siap,”ujarnya seraya memandangiku dan menggendong Koko.
“Boleh deh, minta nomer kamu les,”ujarku mengeluarkan ponselku.
“Oh iya, iya, nih ya 082111110992”ucap Alesha dengan mengeja nomor teleponnya.
“Oke aku miscall ya,”ujarku seraya menelepon ke nomor tersebut.
“Iya, nih masuk,”ucapnya sambil menunjukkan ponselnya ke arahku.
“Yaudah, makasih ya Les. Aku pulang dulu,”ujarku sambil berpamitan kepadanya.
“Iya, hati-hati ya,jangan lupa kasih vitamin Kettin,”ujar Alesha seraya menunduk dan melihat Kettin.
“Iya,”ujarku sambil memberikan senyuman terbaikku padanya.
Setelah sampai di rumah, ibu ternyata sudah pulang lebih dulu dariku. Ia menyambutku di depan pintu dengan senyuman manisnya. Ia langsung mengambil Kettin dari genggamanku.
“udah sembuh Kettinnya?”Ucapnya menatapku seraya membuka kandang Kettin.
“udah bu, aku yang salah, kurang kontrol makanan dia,”ucapku sambil berjalan ke arah tangga dan segera masuk ke kamar.
“Lin, kamu udah makan belum? Ibu udah buatin makanan!”Teriak ibu.
“Ya, aku mandi dulu, nanti aku makan!”Teriakku kembali.
Baru saja ingin melepas Pakaian, ponselku berdering. Ternyata ada panggilan dari Seifa.
“Halo, kenapa Seifa?”
“Halo, lin, lin, tadi gimana? Gimana ih?”Ucap Seifa dengan logat bicaranya yang sangat ribet.
“Ya ga gimana-gimana. Cuma disuruh jadi perwakilan sekolah buat olimpiade fisika,”ucapku santai.
“Ha? Demi apa? Jadi lo ga diomelin? Ga di hukum? Ga di caci maki kan? Tapi pasti si Arsen aneh itu dia di hukum kan? Biar tau rasa tuh orang. Udah nyontek dan ga nepatin janji lagi traktir kita,”ucapnya tanpa jeda.
“Seif, seif? Kontrol Seif. Kenapa deh lu?”Ucapku heran.
“Ihhh jawab gue Lin, jelasin kronologinya,”ucapnya penasaran.
Lalu, aku menceritakan semua yang terjadi tadi siang.
“Ah, gila gila jenius juga si Arsen. Biar pun nyontek tapi Pake otak hahaha untung lo ga jadi di hukum dan yang paling pentinggg besok kita makan sepuasnya. GE-RA-TIS!”Ucapnya dengan nada khas yang sedikit meliuk-liuk.
“Seneng kan lo? Arsen tuh baik sebenernya, jangan ngeliat dia dari sisi yang sama kaya anak-anak kelas makanya, liat dia dari sisi yang berbeda Fa,”ucapku menasehati.
“Hmmm, iyaa iyaa maaf, lo tau gue gimana kan lin. Yaudah kerjain tugas gih sana haha bye cantiiiik!”Ucapnya merayu.
“HEUUUH dasar rempong, iya yaudah sana gue mau mandi. Bye bawel!”Ucapku seraya mematikan ponsel.
Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dari sebelumnya dan berencana memasak sesuatu untuk ibu. Aku bangun pukul 4 pagi dan langsung menuju ke dapur. Ku buatkan ibu semangkuk soup dan sepiring fuyunghai. Setelah itu, aku bersiap untuk berangkat ke sekolah.
“Pagi, bu,”saPaku saat turun dari tangga dan menuju ke dapur.
“Pagi, Lin. Ini kayanya ada yang kesambet ya, masakin ibu pagi-pagi gini di hari sekolah lagi,”ucap ibu meledek.
“Gapapa bu, pengen aja. Haha abis bosen mau ngapain, tadi bangunnya kepagian”ucapku sambil duduk di meja makan.
“Nih,”ucap ibu sambil menyodorkan nasi ke piring.
“Bu, gausah, aku makan roti aja dulu, aku mau buru-buru berangkatnya. Aku ada janji sama Seifa,”ucapku sambil mengambil roti.
“Oh, yaudah. Nanti, lauk yang udah dibikin jangan lupa dipanasin dulu ya pas mau makan,”ucap ibu.
“Iya, bu. Aku langsung berangkat ya”
“Loh, rotinya mau dimakan sambil jalan?”
“Ngga, bu. Nanti sambil duduk di motor,”ucapku seraya mencium tangan ibu dan segera pamit.
“Yaudah, hati-hati, ya,”ucap ibu sambil menatapku.
“Iya, Assalamualaikum, Bu”
“Waalaikumsalam”
Karena berangkat lebih pagi dari biasanya, aku tidak lagi takut untuk terlambat. Pak Diman juga sudah tidak terlambat lagi, ia datang 10 menit lebih cepat dari biasanya.
“Neng Orlin, maaf saya terlambat 2 hari yang lalu, terus kemarin juga saya gabisa antar neng Orlin, karena saya harus antar anak saya ke dokter, dia demam sejak 3 hari yang lalu, neng”
“Gapapa kok, Pak. Waktu itu aku langsung naik ojek di pangkalan. Terus kemarin dianter ibu. Anak BaPak gimana? Udah sembuh?”
“Alhamdulillah, sudah mendingan, neng”
“Oh syukur deh, Pak,”ucapku sambil memakan roti.
Jarak dari rumahku ke sekolah memang tidak jauh, jadi keadaan itu sama sekali tidak membuatku kesulitan.
Sesampainya di sekolah
“Makasih, Pak Diman,”
“Iya, sama-sama, neng,”ucap Pak Diman dengan senyuman khasnya.
“Orliiiin Woooy Lin”
Dari kejauhan ada suara laki-laki yang memanggilku seperti orang yang sedang di kejar-kejar oleh polisi.
“ish, siapa sih berisik banget,”ucapku seraya membalikkan badanku ke arah suara tersebut.
“Dih, si Arsen. Kenapa heboh banget sih?” Gumamku lagi.
Ia berlarian menghampriku dan saat sampai tepat di depan wajahku, nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran dan sesekali ia menyeka keringat di dahinya itu.
“Kenapa sih, Sen? Ngapain lari-larian? Belum telat kok, orang masih pagi,”ujarku seraya menepuk-nepuk pundaknya.
“Gapapa, pengen aja jadi orang pertama yang nyapa lo pagi ini,”ujarnya dengan suara terengah-engah.
“Idih, apaan sih lo hahaha ibu gue selalu jadi yang pertama,”ujarku sambil melanjutkan langkah kakiku menuju ke kelas.
“Eeeeeh tunggu, Lin! Gue yaudah minta nomor lo deh,”ujarnya mengejarku dan menarik tasku agar aku menghentikan langkah kakiku.
“Buat apa sih, Arsenio Wirayudhaaaaa?”Ujarku gemas seraya melepaskan tangannya dari tasku.
“udah buruan!”Katanya dengan nada memaksa.
“08213333909”ujarku singkat.
“Nah, udah gue save. Jadi, tiap pagi nanti gue bisa telepon lo, dan jadi orang pertama yang nyapa lo. Hahaha,”ujarnya dengan nada meledek.
“Ish gajelas deh, Sen hahaha udah ayo masuk. Jangan lupa, istirahat nanti traktir gue sama Seifa,”ujarku sambil tertawa geli melihat tingkah Arsen yang aneh pagi-pagi begini.
“Tenang aja, apa sih yang ngga buat lo,”ujarnya santai. 

Bersambung ....

No comments:

Post a Comment