MAKALAH
ILMU
BUDAYA DASAR BAB 2
Disusun oleh :
Abdillah
Novandiaji 10114012
______________________________________________________________________________
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ilmu sosial dan budaya dasar ini dapat tersusun
dengan baik. Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah ilmu budaya dasar (IBD).
Kami sampaikan
terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang senantiasa membantu demi
kelancaran makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana
dan belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pihak manapun
senantiasa akan kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan.
Semoga makalah ini mendapat perhatian dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca
pada umunya.
Depok, 4 Maret 2015
Penulis
_________________________________________________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan
kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan
ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan YME
ciptaan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikanya secara turun temurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari
dan juga dari kegiatan-kegiatan yang sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Manusia memiliki kehidupan yang sangat rumit, mereka
tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu mereka pasti memiliki hubungan
dengan segala sesuatu di dalam ruang lingkup hidupnya, baik itu hubungan dengan
sang pencipta, sesama manusia, lingkungan sekitarnya maupun dengan mahluk lain
di alam ini. Semua aspek relasi hidup tersebut haruslah terpenuhi secara
merata.
Tentunya manusia
perlu beradaptasi dengan keadaan lingkungan hidup di sekitarnya karena itu
merupakan tahap awal pembelajaran untuk dapat menjadi pribadi yang berkualitas.
Dimulai dari pemahaman tentang norma dan nilai yang berlaku sampai kepada ilmu
pengetahuan yang luas.
Sosialisasi antara
sesama manusia yang berwawasan akan membentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan
tersebut akan menjadi suatu bukti perkembangan hidup manusia.
Manusia merupakan
salah satu dari mahluk hidup yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan hidup sekitarnya, baik secara vertikal (genetika,tradisi)
maupun horizontal (geografik, fisik, dan social), setiap manusia memiliki
banyak kebutuhan untuk bertahan hidup. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didapatkan
dari lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan memegang peranan yang penting
dalam kehidupan manusia.
Manusia sebagai
makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain.
Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta
hawa nafsu. menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat
digunakan untuk kebaikan mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar
mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini. Salah
satu hakekat manusia lainnya ialah manusia sebagai makhluk sosial, hidup
berdampingan satu sama lain, berinteraksi dan saling berbagi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah
yang terkandung dalam makalah ini meliputi:
1.
Pengertian Manusia dan Hakekat manusia
2. Apa saja unsur-unsur yang membangun manusia?
3. Bagaimanakan kepribadian bangsa
Timur?
4. Apa yang dimaksud dengan
kebudayaan?
5. Apa sajakah unsur-unsur
kebudyaan?
6. Bagaimanakah kaitan manusia
dengan kebudayaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis dan juga sebagai pembelajaran bagi penulis. Disamping itu,
penulisan makalah ini juga diharapkan untuk :
1.
Dapat mengetahui apa itu manusia dan
hakekat manusia.
2.
Dapat mengetahui apa saja unsur-usnur
yang membangun manusia.
3.
Dapat memahami tentang bagaimana
kepribadian bangsa Timur.
4.
Dapat Mengetahui apa yang dimaksud
dengan kebudayaan.
5.
Mengetahui apa saja unsur-unsur dari kebudayaan.
6.
Dapat Mengetahui bagaimana kaitan
manusia dengan kebudayaan
_________________________________________________________________________________
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia
Terdapat
beberapa definisi manusia antara lain:
1.
Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan
supranatural, manusia mempunyai jiwa
bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2.
Manusia adalah kemauan bebas.
3.
Manusia adalah makhluk yg sadar.Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya
refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap
rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing
realita dan peristiwa.
4.
Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna
makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ia mampu
mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5.
Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan
dirinya secara keseluruhan dari alam.
6.
Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak
pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg
seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia.
7.
Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai
nilai.Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala,
perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif
manfaat timbul.
8.
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya
sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat
istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen,
memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya
hidup melawan kehidupan alami.
2.2 Hakekat manusia
Hakekat
Manusia antara lain:
1.
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3.
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
5.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6.
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas.
7.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
8.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial.
2.3 Unsur-unsur Manusia
Sebenarnya ada banyak sekali unsur-unsur
yang membangun manusia, namun dari sekian banyak unsur-unsur itu, di
sederhanakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu:
1.
Unsur Jasmani
Unsur
jasmani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan fisik manusia,
seperti makan, minum, dan lain – lain. Yang jika tidak di penuhi maka akan
berakibat buruk bagi manusia itu.
2.
Unsur Rohani
Sedangkan
unsure rohani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan rohani, atau
hati manusia, seperti agama atau keyakinan, ketenangan hati, rasa aman, rasa
bahagia dan lain-lain.
Unsur-unsur lain yang membentuk
manusia adalah :
1.
Jasad : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto
dan menempati ruang dan waktu.
2.
Hayat : mengandung unsur hidup, yang ditndai dengan gerak.
3.
Ruh : bimbingan dan pimpinan tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran, suatu kemampuan
mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
4. Nafs : diri atau
keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.
2.4 Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian
Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang
menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan
ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian
bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat tepo
seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa
timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara
Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di
negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian
bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul
maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang
mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya
masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata
dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak
boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu
suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal
tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik.
Bangsa
timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah
masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih
dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang
melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah.
2.5 Kebudayaan
Kita sering mendengar kata kebudayaan baik dalam
pengertian yang sempit maupun dalam pengertian yang luas, baik dalam pengertian
orang awam maupun pengertian keilmuan.
1.
Dalam
pengertian sempit kebudayaan seringkali diartikan sebagai adat tradisi atau
kebiasaan sehingga seringkali dicontohkan dengan upacara adat.
2.
Dalam
pengertian luas kebudayaan dipahami sebagai cara manusia mengelola kehidupanya.
Contohnya : adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam
3.
Menurut
Orang awam, dimana orang awam menyebutkan kesenian, rumah adat atau bangunan
kuno sebagai kebudayaan
4.
Menurut
bahasa :
Bahasa Sansekerta : Budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi
atau akal
Bahasa Belanda : kata budaya berasal dari kata cultuur
Bahasa Latin : Colera yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah
(bertani)
Bahasa Inggris : kata budaya berasal dari kata culture
5.
Menurut
para ilmuan :
Konsep kebudayaan pertama kali dikembangkan menjelang
akhir abad kesembilan belas, tokoh pertama yang memberikan definisi yang jelas
dan menyeluruh adalah E.B Taylor pada tahun 1871.
-
Edward B. Taylor : Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan kepercayaan, kesenian, hukum, moral kebiasaan, serta lain-lain
kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia.
-
Ralp. Linton : Kebudayaan dalah sejumlah total pengetahuan, sikap dan pola-pola tingkah
laku yang dibiasakan, yang dibagikan, dan ditransmisikan oleh anggota dari
masyarakat tertentu.
-
Kluchkhohn dan W.H. Kelly : Kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam
sejarah yang emplisit, implisit, rasional, irrasional yang terdapat pada setiap
waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
-
Clifford Geertz : Kebudayaan adalah sistem makna dan simbol yang diatur
dalam rangka interaksi sosial.
-
Kroeber : Kebudayaan
adalah reaksi motorik, kebiasaan, teknik, gagasan dan nilai yang dipelajari dan
ditransmisikan secara massal serta tingkah laku yang dipengaruhinya.
-
Googenaugh : Kebudayaan mengacu pada sistem pengetahuan dan kebudayaan yang
diorganisasikan dimana orang0orang menstrukturkan pengalamn dan persepsi
mereka, menformulasikanaktivitas-aktivitasnya, serta memilih diantara berbagai
alternatif.
-
Keesing dan Keesing : Kebudayaan adalah fenomena yang dapat diamati, yaitu
pola-pola kehidupan didalam komunitas yang berulang secara reguler serta
pengaturan material dan sosial.
-
Eugene A. Nida : Kebudayaan adalah perilaku manusia yang diajarkan terusmenerus dari satu generasi ke generasi berikutnya.
-
J. Verkuyl : Kebudayaan sebagai sesuatu yang diajarkan manusia dan segala sesuatu yang
dibuat oleh manusia.
-
Ki Hajar Dewantoro : Kebudayaan berarti buah budi manusia yaitu hasil
perjuangan manusia terhadap pengaruh kuat dari alam dan zaman ( kodrat dan
masyarakat ) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
baerbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupanya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
-
Robert H. Lowie : Kebudayaan adalah segala
sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat
istiadat, norma-norma aristik, kebiasaan makan serta keahlian yang diperoleh
bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang
didapat melalui pendidikan formal atau informal.
-
Koentjaraningrat : Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar.
-
Rafael R. Maran : Kebudayaan adalah cara khas
manusia membangun alam guna memebuhi keinginan-keinginan serta tujuan hidupnya,
yang dilihat sebagai proses humanisasi.
-
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi : mengatakan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
-
Dan Herkoveits : Kebudayaan dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
-
William
H. Haviland : Kebudayaan
adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat,
yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang
dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
Dari berbagai definisi kebudayaan diatas terlihat bahwa
masing-masing definisi tidak mampu mewakili pengertian kebudayaan secara
menyeluruh, namun dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut
keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.
Terkait dengan hal ini, koentjaraningrat mengemukakan
bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu :
1.
Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan
peraturan. Wujud tersebut bersifat abstrak.
2.
Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia. Wujud ini bisa diobservasi, difoto
dan didokumentasikan karena tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat
mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
3.
Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini adalah hasil
karya cipta manusia yang bisa diraba dan bersifat konkret. Misal : candi
borobudur, kain batik, dan gedung-gedung bangunan.
ISI UTAMA BUDAYA
Isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala
macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan didalam masyarakat yang memberi
jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem
pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1. Sistem Pengetahuan
Sistem
pengetahuan merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami: Alam sekitar, Alam flora di daerah tempat tinggal, Alam
fauna didaerah tempat tinggal, Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkunganya,
Tubuh manusia, Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, Ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia
melakukan tiga cara, yaitu :
a)
Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial
b) Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan
formal/resmi (disekolah) maupun dari pendidikan non formal (tidak resmi)
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbiolis yang
sering disebut sebagai komunikasi simboliks.
2. Nilai
Nilai adalah
sesuatu yang baik yang selalu
diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia
sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sesuatu dikatakan nilai apabila
memiliki unsur :
a. nilai kebenaran (berguna dan berharga)
b. nilai estetika (indah)
c. nilai moral atau etis (baik)
d. nilai agama (religius)
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau
masyarakat dalam menjawab atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Pandangan
hidup disebut juga nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok atau bangsa karena pandangan hidup
mengandung nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah dimensi lain diluar diri dan
lingkunganya yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia`
5. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang adalah suatu titik tolak
pemikiran yang digunakan untuk memahami suatu gejala atau kejadian dalam
kehidupan.
Persepsi terdiri atas :
a) Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang tidak menggunakan
salah satu indra manusia.
b) Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan
mental individu lain
c) Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat suatu
kejadian jauh dari tempat orang yang bersangkutan`
6. Etos Kebudayaan
Etos berasal dari bahasa Inggris yang berarti watak khas.
Etos sering tampak pada gaya perilaku masyarakat, misalnya kegemaran-kegemaran
masyarakat, serta benda hasil cipta karya dilihat dari luar oleh orang asing.
Contohnya, kebudayaan Batak yang dilihat oleh orang jawa, sebagai orang yang
kasar, agresif, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan berbicara apa adanya, dan
sebaliknya, kebudayaan orang jawa yang dilihat dari orang batak, bahwa orang
jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban,
tingkah laku yang sukar ditebak, gagasan yang berbelit-belit, feodal, serta
diskriminasi terhadap tingkatan sosial.
2.6 Sifat-sifat budaya
Sifat-sifat budaya pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang
sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakanfaktor ras, lingkungan alam,
atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya
dimanapun.
Sifat hakiki dari kebudayaan diantaranya adalah :
1. Budaya terwujud dan disalurkan dari perilaku manusia
2. Budaya ada sebelu lahirnya generasi dan tidak akan mati
sampai habisnya generasi yang bersangkutan
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam
tingkah lakunya
4. Budaya mencakup aturan-atura yang berisikan
kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima atau ditolak, dilarang dan
yang diizinkan
Selain yang tersebut diatas, ada beberapa sifat-sifat
kebudayaan yang terjadi karena :
a. Kebudayaan beraneka ragam, hal ini terjadi karena :
1. Manusia tidak memiliki struktur anatomi khusus pada
tubuhnya
2. Lingkungan geografis
3. Induk bangsa
4. Kontak budaya
5. Lingkungan sosialnya
b. Kebudayaan dapat diteruskan secara sosial dengan
pelajaran, yaitu :
1. Secara horisontal : kebudayaan diteruskan melalui
generasi kesatu dangan generasi selanjutnya secara lisan
2. Secara vertikal : kebudayaan diteruskan melalui generasi
yang berbeda dengan cara tulisan atau literarur
c. Kebudayaan dijabarkan dalam komponen-komponen : biologi,
psikologi dan sosiologi.
Tiga komponen pembentuk pribadi, yaitu hereditas
diperoleh dari sifat orangtua, primary nature yaitu kodrat pertama sejak dalam
kandungan, secondary nature yaitu terbentuknya pribadi oleh lingkungan
d. Kebudayaan mempunyai struktur, ada tujuh unsur :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Sistem mata pencarahian
5. Bahasa
6. Kesenian
7. Sistem teknologi dan peralatan
e. Kebudayaan mempunyai nilai (Cultural Value)
Kebudayaan ini bersifat relatif karena penafsiran antara
budaya yang berbeda-beda, misalnya budaya timur berdasarkan kerohanian,
perasaan, instuisi, pasif (diam) sedangkan budaya barat berdasarkan akal,
materi, bebas, kreatif, aktif.
f. Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis
g. Kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam-macam aspek, yaitu
:
1. Kebudayaan rohani (spiritual)
2. Kebudayaan kebendaan (material cultural)
3. Kebudayaan darat (terra)
4. Kebudayaan maritim (aqua culture)
5. Kebudayaan daerah (kebudayaan suatu suku)
2
MANUSIA
SEBAGAI PENCIPTA KEBUDAYAAN
Kemampuan manusia dalam mengatasi kompleksitas kebutuhan
hidupnya karena manusia mempunyai :
1.
Akal,
intelgensia dan instuisi
2.
Perasaan
dan emosi
3.
Kemauan
4.
Fantasi
5.
Perilaku
6.
Eksternalisasi
7.
Objektivasi
8.
Internalisasi
2.7 Wujud Kebudayaan
Menurut J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya
tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu : (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact,
dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga
wujud kebudayaan :
1. Wujud
kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Tiga wujud kebudayaan menurut dimensi wujudnya :
1. Kompleks
gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hiidup.
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hiidup.
2. Kompleks aktivitas Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi, dan sering disebut sistem sosial.
3. Wujud sebagai benda Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret bisa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak.
2.8 Orientasi Nilai Budaya
Menggunakan 5 masalah pokok kehidupan manusia dalam sisitem nilai
budaya :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1. Hakekat
Hidup Manusia (MH)
2. Hakekat
Karya Manusia (MK)
3. Hakekat
Waktu Manusia (WM)
4. Hakekat
Alam manusia (MA)
5. Hakekat
Hubungan Manusia (MN)
2.9 Perubahan Kebudayaan
Faktor – faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur
kebudayaan baru :
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan
dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika
pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata
yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor
dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3. Corak
struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru, misal sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu
unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru.
5. Apabila
unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan
mudah dibuktikkan kegunaanya oleh warga masyarakat yang bersangkutan
Penyebab terjadinya gerak/ perubahan kebudayaan, yaitu :
•
Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
•
Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat
dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam.
Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan, pemerintahan dan sebagainya.Pada saat itulah unsure-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam.
Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan, pemerintahan dan sebagainya.Pada saat itulah unsure-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
2.10 Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu
sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat
dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang
ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering
disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
2.11 Contoh
hubungan manusia dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu
mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang
ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan
masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
2.11 Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat
dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat
tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah
pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap
yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat
awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis
merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini
terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi
tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan
diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan
antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis
berangkat dari pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian
akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak
terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan
pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte,
seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu
diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan
dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”.
”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi
saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya
keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi”
berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam
pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan
dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini
mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi
tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan
dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya
(tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling
mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya
saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis
memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang
dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih
tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh
penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus
antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak
ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi”
(sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga
konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan
dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep
dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika
menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga
tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis)
berubah menjadi lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu
tingkat yang lebih tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis)
kemudian menjadi tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi.
Proses gerak yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas
dari gejala-gejala. Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita
merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu
sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di
dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan
hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam
sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal
ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema
yang ada dalam menangani hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat
memahami hal ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan
sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai
realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip
dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek
yang perlu diperhatikan. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua,
dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah
terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga,
dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang
disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut
atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hegel. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya
sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan
kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam
kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
2.13 Tahap proses dialektis
Proses
dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana
manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala
pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana
masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari
kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga
manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
_________________________________________________________________________________
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian kebudayaan tidak
mudah untuk dirumuskan. Berbagai ahli memiliki pandangan yang tidak selalu sama
tentang kebudayaan. Keadaan ini tidak berarti kita akan sulit untuk memahami
apa itu kebudayaan, karena dari berbagai definisi yang ada ternyata saling
melengkapi antara satu dengan yang lain.
Manusia sebagai makhluk
hidup yang kompleks memiliki berbagai kemampuan dalam mengatasi berbagai
masalah yang dihadapinya. Kemampuan tersebut mencakup akal, intelegensia, dan
intuisi, ; perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, serta perilaku.
Kebudayaan sifatnya
dinamis, dimana selalu mengalami perubahan. Perubahan dapat bejalan cepat
maupun lambat. Terdapat berbagai sebab yang dapat melatarbelakangi terjadinya
perubahan kebudayaan diantaranya perubahan lingkungan alam, perubahan karena
kontak dengan kelompok lain, atau perubahan karena adanya penemuan, fenomena
menarik yang nampaknya semakin tidak dapat kita hindari di era globalisasi
dimana saling ketergantungan antar warga dunia semakin besar.
Manusia memiliki
keistimewaan akal dan budi yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainya. Keberadaan akal dan
budi ini membuat manusia dapat mengembangkan dirimenjadi lebih berbudaya,
secara pemikiran dan batin.
Manusia adalah makhluk
yang lemah dan sangat tergantung pada oranglain dan kebudayaan sekitarnya, pada
saat ia lahir kedunia ini.
Proses perkembangan
kebudayaan tidak akan pernah berhenti seiring dengan terus mengalirnya
kebutuhan manusia sebagai pemilik kebudyaan tersebut. Dari konteks ini, maka
akan selalu ada yang dinamakan prose pembudyaan. Proses ini dapat diperoleh
melalui proses belajar. Lebih jauh,
proses belajar kebudayaan yang dilalui manusia dapat dilihat, diantaranya
melalui proses internalisai, sosialisasi, enkulturasi, atau akulturasi.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para mahasiswa universitas
semarang pada umumnya.
_________________________________________________________________________________
No comments:
Post a Comment